-
Awal Agustus 2023, 10 Desa pada 5 Kecamatan di Kabupaten Probolinggo Terdampak Krisis Air Bersih
PROBOLINGGO – Berdasarkan release dari BMKG bahwa beberapa daerah di Kabupaten Probolinggo telah memasuki Awal Musim Kemarau sejak Minggu ke IV Bulan Mei 2023. Sedangkan puncak musim kemarau di Kabupaten Probolinggo diprakirakan akan terjadi pada Bulan Agustus. Sesuai dengan permohonan distribusi air bersih dan bantuan logistik kekeringan dari Pemerintah Desa dan Kecamatan setempat. Hingga 07 Agustus 2023 saat ini terdapat 13 Dusun 10 Desa di 5 Kecamatan yang telah menerima Distribusi Air Bersih dan Bantuan Logistik yakni 5 Desa (Desa Gunungbekel, Tegalsono, Malasan Wetan, Bulujaran Kidul dan Bulujaran Lor) di Kecamatan Tegalsiwalan, 1 Desa (Desa Sumberkare) di Kecamatan Wonomerto, 1 Desa (Desa Gununggeni) di Kecamatan Banyuanyar, 1 Desa (Desa Sumberkramat) di Kecamatan Tongas dan 2 Desa (Desa Legundi dan Gunungtugel) di Kecamatan Bantaran.
Sekitar 10.221 Jiwa atau 3.110 KK terdampak Krisis Air Besih. 13 Tandon dan 37 Jerigen serta kurang lebih 116.000 Liter Air Bersih telah terdistribusi bagi masyarakat terdampak. Pengiriman logistik kekeringan dan distribusi air bersih dilaksanakan berdasarkan Surat Permohonan dari pemerintah setempat yang kemudian di verifikasi setelah assesment TRC PB sesuai dengan hasil survei di lokasi.
Sesuai dengan Pemetaan Kawasan Risiko Bencana Kabupaten Probolinggo terdapat 34 Desa di 13 Kecamatan yang berpotensi Kekeringan di Kabupaten Probolinggo yang tersebar di Kecamatan Bantaran, Kecamatan Gading, Kecamatan Krucil, Kecamatan Kuripan, Kecamatan Lumbang, Kecamatan Sukapura, Kecamatan Sumberasih, Kecamatan Tegalsiwalan, Kecamatan Tongas dan Kecamatan Wonomerto.
Menurut UU No. 24 Tahun 2007 kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Khairullah (2009) mengemukakan lima definisi kekeringan yaitu secara meteorologis, hidrologis, pertanian, sosial ekonomi dan antropogenik. Krisis air bersih yang terdjadi di Kabupaten Probolinggo termasuk Kekeringan Sosial Ekonomi Kategori Kering Kritis yang berhubungan dengan berkurangnya pasokan komoditi yang bernilai ekonomi dari kebutuhan normal sebagai akibat dari terjadinya kekeringan meteorologis, pertanian dan hidrologis. Intensitas kekeringan sosial ekonomi diklasifikasikan berdasarkan ketersediaan air minum atau air bersih sebagai berikut:
- Kering langka terbatas: apabila ketersediaan air (dalam liter/orang/hari) > 30 dan < 60, air mencukupi untuk minum, memasak, mencuci alat masak/makan, tetapi untuk mandi terbatas, sedangkan jarak dari sumber air 0.1 – 0.5 km.
- Kering langka: apabila ketersediaan air (dalam liter/orang/hari) > 10 dan < 30, air hanya mencukupi untuk minum, memasak, dan mencuci alat masak/makan, sedangkan jarak dari sumber air 0.5 – 3.0 km.
- Kering kritis: apabila ketersediaan air (dalam liter/orang/hari) < 10, air hanya mencukupi untuk minum dan memasak, sedangkan jarak dari sumber air >3.0 km.
Sahabat Tangguh perlu diingat bahwa kawasan yang berpotensi belum tentu terjadi namun terdapat risiko untuk terjadi sedangkan daerah yang tidak berpotensi juga belum tentu bebas dari risiko dapat pula terjadi dengan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Seperti kondisi krisis air bersih yang terjadi di Kabupaten Probolinggo disebabkan oleh beberapa faktor seperti menurunnya curah hujan, berkurangnya volume sumber air dan belum optimalnya fungsi infrastruktur yang memadai dll.
Berdasarkan Rekap Data Pusdalops PB Kejadian Kekeringan/ Krisis air bersih tidak terjadi dalam 3 tahun terakhir yakni pada Tahun 2020, 2021 dan 2022. Pada 2019 kejadian Kekeringan tersebar di 6 Desa pada 9 Kecamatan pada Bulan Juli hingga November yang berdampak pada 65.450 Jiwa Terdampak dan 1.309.000 Liter air besih telah terdistribusi. Jumlah daerah terdampak Kekeringan fluktuatif sejak Tahun 2013 bergantung faktor yang mempengaruhi. Saat ini sebagai upaya penanganan darurat telah dilaksanakan distribusi air bersih dan logistik kekeringan serta pemantauan di beberapa daerah yang berisiko tinggi kekeringan. Sebagai upaya lanjutan diperlukan kajian dan pemantauan kembali terkait beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian kekeringan pada tahun ini.
Dihimbau bagi masyarakat agar menerapkan upaya mitigasi bencana kekeringan seperti memanfaatkan sumber daya air secara lebih efektif dan efisien. Memprioritaskan penggunaan air untuk keperluan minum dan masak atau keperluan air bersih lainnya. Menanam banyak pohon di sekitar kawasan rawan kekeringan. Membuat waduk yang disesuaikan dengan kondisi geografisnya. Memperbanyak daerah resapan air dan menerapkan budaya konservasi. Segera melapor melalui pemerintah setempat apabila terdapat situasi yang berpotensi terjadi bencana. (svd/eoc)
Salam Tangguh!
Pusdalops PB
BPBD Kabupaten Probolinggo